Harus Baca! Rahasia Yang Menjadi Bunga Di Musim Dingin



Rahasia yang Menjadi Bunga di Musim Dingin

Salju pertama jatuh di Beijing, menyelimuti kota dengan lapisan putih yang menenangkan sekaligus membekukan. Di tengah keramaian kota, berdiri seorang wanita bernama Mei Lan. Sosoknya anggun, dibalut mantel merah marun yang kontras dengan pucatnya wajah. Senyumnya, selalu menawan, adalah topeng yang terampil menyembunyikan badai di dalam hatinya.

Lima tahun lalu, senyum itu adalah tawa yang lepas, mata itu adalah binar kebahagiaan yang tulus. Lima tahun lalu, ia mencintai Lin Feng dengan segenap jiwanya. Pria itu, bagaikan dewa yang turun dari langit, memancarkan karisma yang memabukkan. Pelukannya terasa hangat di tengah dinginnya musim dingin, janjinya adalah melodi indah yang menenangkan.

Namun, pelukan itu berubah menjadi racun. Janji itu bertransformasi menjadi belati yang menghunjam jantungnya. Mei Lan menemukan kebenaran yang tersembunyi di balik senyum menawan Lin Feng: ia menikahinya hanya demi kekayaan keluarganya, dan hatinya telah lama dimiliki wanita lain.

Pengkhianatan itu terasa seperti ribuan jarum es menusuk jiwanya. Tetapi, Mei Lan tidak menangis, tidak berteriak. Ia adalah bunga plum di musim dingin, kokoh dan anggun meski diterpa badai. Ia memilih untuk menyembunyikan lukanya di balik aura elegan yang semakin mempesona.

Ia tetap menjadi istri Lin Feng, menjalankan perannya dengan sempurna, seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Ia belajar membaca gerak-gerik Lin Feng, mengetahui setiap kelemahan dan ketakutannya. Ia mengumpulkan informasi, menyusun strategi dengan sabar dan teliti.

Balas dendam Mei Lan bukanlah pertumpahan darah atau intrik kotor. Ia membiarkan Lin Feng menikmati kekayaannya, ketenarannya, dan cintanya yang palsu. Ia hanya memastikan bahwa bisnis keluarga Lin Feng perlahan namun pasti, hancur dari dalam. Ia memastikan bahwa wanita simpanan Lin Feng, yang dulunya bergelimang kemewahan, merasakan getirnya kehidupan.

Di hari terakhir Lin Feng kehilangan segalanya, Mei Lan berdiri di hadapannya. Senyumnya teramat manis, tetapi matanya sedingin es.

"Apakah kamu menyesal, Lin Feng?" tanyanya lembut.

Lin Feng hanya bisa menatapnya dengan tatapan kosong, rasa penyesalan terpancar jelas di wajahnya. Ia telah kehilangan segalanya, bukan karena Mei Lan membunuhnya, tetapi karena ia telah menghancurkan hatinya.

Mei Lan berbalik, meninggalkan Lin Feng dalam kehancuran yang diciptakannya sendiri. Kemenangan ini terasa pahit, karena di balik balas dendam itu, ia masih merasakan sisa-sisa cinta yang pernah ada.

Ia berjalan menjauh, salju terus turun, menyelimuti jejak kakinya. Ia tahu, ia tidak akan pernah bisa benar-benar melupakan Lin Feng.

Cinta dan dendam lahir dari tempat yang sama, bukan?

You Might Also Like: 96 Seattle Mariners Reveal Diamond Club

Post a Comment

Previous Post Next Post