SERU! Dendam Itu Memeluk Sebelum Membunuh, Karena Ia Pernah Menjadi Kasih



Dendam Itu Memeluk Sebelum Membunuh, Karena Ia Pernah Menjadi Kasih

Di antara kabut yang menyelimuti Gunung Seribu Bayangan, terbentang dua dunia: dunia manusia yang fana dan dunia roh yang abadi. Bulan purnama menggantung di langit, bukan sekadar saksi, melainkan INGATAN yang bisu, melafalkan nama-nama yang terlupakan dalam hembusan angin. Lentera-lentera beraroma cendana terapung di permukaan Danau Air Mata, cahayanya menari seperti roh-roh yang merindukan rumah.

Awalnya, aku hanyalah Lin Yue, seorang putri kerajaan yang bernasib malang. Dibunuh oleh tangan yang pernah kurasa hangat, dikhianati oleh bibir yang pernah melantunkan janji. Namun, kematian bukanlah akhir. Ia adalah gerbang. Gerbang menuju Takdir Baru.

Aku terbangun di dunia roh, bukan lagi Lin Yue yang lemah, melainkan Yue'er, roh pendendam dengan kekuatan yang melampaui nalar. Bayangan-bayangan di dinding gua kuno berbicara padaku, menceritakan kisah masa lalu, masa kini, dan masa depan yang terjalin seperti benang kusut. Mereka membisikkan rahasia tentang cintaku yang dikhianati, tentang pengkhianat yang menyamar sebagai pahlawan, tentang BENCI yang tumbuh subur di tanah kasih.

Dendam adalah jubahku. Ia memelukku erat, menghangatkanku dari dinginnya kesendirian. Namun, semakin dalam aku menyelami dunia roh, semakin kabur batas antara realitas dan mimpi. Aku melihat wajahnya, wajah Pangeran Zhao, kekasihku di dunia manusia, dalam mimpi-mimpi yang datang dan pergi seperti hantu. Apakah ia benar-benar pengkhianat? Atau adakah kekuatan yang lebih besar yang bermain-main dengan takdir kami?

Aku bertemu dengan Penjaga Gerbang Roh, sesosok makhluk abadi dengan mata setajam pisau. Ia memberiku petunjuk, teka-teki yang hanya bisa dipecahkan dengan hati yang jujur: "Yang membunuhmu bukanlah pedang, melainkan kepercayaan. Yang memelukmu bukanlah kasih, melainkan ilusi."

Perjalananku membawaku kembali ke dunia manusia, menyamar sebagai seorang tabib keliling. Aku mengamati Pangeran Zhao dari kejauhan, menyelidiki setiap gerakannya. Aku melihat kesedihan di matanya, keraguan di langkahnya. Aku mendengar namanya disebut dalam bisikan-bisikan konspirasi, ditarik-tarik dalam permainan politik yang kotor.

Lalu, aku menemukan kebenaran.

Zhao tidak membunuhku. Ia dijebak. Dalang sebenarnya adalah Bibi Kaisar, seorang wanita yang haus kekuasaan, seorang manipulator ulung yang menggunakan cinta sebagai senjata. Dialah yang meracuni pikiranku, yang menanamkan benih kebencian di hatiku, yang mengorbankanku demi ambisinya.

Zhao mencintaiku. Ia mencintaiku dengan sepenuh hati. Namun, cintanya telah dibutakan oleh kebohongan. Ia terjebak dalam jaring-jaring manipulasi, tidak menyadari bahwa orang yang dicintainya telah menjadi pion dalam permainannya.

Dendamku bergejolak. Aku ingin menghancurkan Bibi Kaisar, membalas dendam atas kematianku, atas penderitaan Zhao, atas segala KEBOHONGAN yang telah merenggut kebahagiaan kami. Namun, aku juga menyadari bahwa balas dendam tidak akan membawa kedamaian. Ia hanya akan melahirkan lingkaran kebencian yang tak berujung.

Aku memutuskan untuk mengungkap kebenaran, untuk membebaskan Zhao dari jeratan Bibi Kaisar. Aku menggunakan kekuatanku di dunia roh untuk mengumpulkan bukti, untuk mengungkap konspirasi yang telah dirancang dengan begitu cermat.

Pada akhirnya, Bibi Kaisar terungkap. Zhao dibebaskan. Kerajaan damai.

Namun, kemenangan ini terasa pahit. Aku, Yue'er, roh pendendam, tidak bisa kembali menjadi Lin Yue, putri kerajaan. Dunia roh telah menjadi rumahku. Dendam telah menjadi bagian dari diriku.

Aku melihat Zhao dari kejauhan, berdiri di antara kerumunan, senyumnya merekah. Ia telah menemukan kebahagiaan, meskipun bukan bersamaku. Dan itu sudah cukup.

Sebelum menghilang ke dalam kabut, aku membisikkan satu kalimat, mantra yang akan menghantuinya selamanya: "Kasih yang tak terbalas, tetaplah menjadi bayangan di hati, hingga akhir zaman."

You Might Also Like: 0895403292432 Jualan Skincare Usaha

Post a Comment

Previous Post Next Post