Cerpen Seru: Kau Pergi Dalam Cahaya, Dan Aku Tinggal Dalam Bayanganmu



Kau Pergi dalam Cahaya, dan Aku Tinggal dalam Bayanganmu

Malam membungkus lembah seperti kain kafan. Hembusan angin dingin membawa aroma dupa yang pahit, bercampur dengan bau tanah basah dan sesuatu yang lebih amis... darah. Salju merah merekah di bawah cahaya bulan yang pucat, saksi bisu sebuah tragedi yang telah lama dikubur.

Dia, Li Wei, berdiri di sana, punggungnya tegak, gaun merahnya berkibar tertiup angin. Di depannya, mayat tergeletak—Xiao Yan, pria yang dicintainya, pria yang dibencinya. Di tangannya, belati perak berkilauan, meneteskan cairan merah kental.

Cinta mereka, seperti anggrek hitam di tebing curam, indah namun mematikan. Pertemuan mereka di kuil kuno, di bawah pohon sakura yang mekar, terasa seperti takdir. Janji-janji diukir di atas abu perapian, di bawah tatapan dewa-dewa bisu. Li Wei, putri seorang jenderal yang dikhianati, dan Xiao Yan, pewaris klan pedagang kaya raya yang penuh intrik. Mereka bersumpah untuk saling mencintai, melindungi, bahkan hingga akhir dunia.

Namun, dunia mereka dipenuhi RAHASIA.

Klan Xiao Yan ternyata terlibat dalam pengkhianatan yang merenggut nyawa ayah Li Wei. Dan Xiao Yan sendiri... dia tahu. Dia menyembunyikannya, membungkamnya dengan cinta, dengan sentuhan, dengan janji-janji palsu yang membuat Li Wei dibutakan.

Air mata Li Wei menetes di antara asap dupa yang membubung. Selama bertahun-tahun, dia hidup dalam kebohongan, merajut mimpi indah di atas fondasi pasir yang rapuh. Malam ini, kebenaran akhirnya terungkap. Surat-surat lama ditemukan, kesaksian terbisik terdengar, dan bukti-bukti tak terbantahkan terhampar di hadapannya.

"Kau... kau tahu," bisik Li Wei, suaranya bergetar menahan amarah dan kesedihan. Xiao Yan hanya menatapnya dengan tatapan penuh penyesalan. Tidak ada penyangkalan, tidak ada pembelaan. Hanya penerimaan yang pahit.

"Aku mencintaimu, Wei," ucap Xiao Yan lirih, darah mengalir dari dadanya, membasahi salju di bawahnya.

"Cinta? Cintamu adalah belati yang menusuk jantungku!" Li Wei meraung, suaranya memecah kesunyian malam. "KAU MENCURI KEHORMATAN AYAHKU! KAU MENGHANCURKAN HIDUPKU!"

Belati itu terangkat lagi, lalu menghujam. Sekali. Dua kali. Tiga kali.

Li Wei berdiri di atas mayat Xiao Yan, napasnya terengah-engah. Balas dendam yang dia impikan selama bertahun-tahun kini terasa hambar. Kekosongan yang mengerikan menggerogoti jiwanya.

Dia membersihkan belati itu dengan kain sutra merah, lalu meletakkannya di samping mayat Xiao Yan. Lalu, dia berbalik, berjalan menjauh dari cahaya bulan, kembali ke bayangan yang akan menjadi rumah barunya.

Dia telah membalas dendam. Dengan tenang. Dengan mematikan.

Namun, ada satu rahasia lagi yang belum terungkap, sebuah kebenaran tersembunyi yang akan menghantuinya selamanya.

Dia mengandung benihnya.

You Might Also Like: Agen Skincare Usaha Sampingan Online Di

Post a Comment

Previous Post Next Post