Aku Mencintaimu dengan Kejujuran, dan Dibalas dengan Keindahan Dusta
Dunia manusia, dunia yang penuh warna namun juga sarat tipu daya. Di sana, aku hanyalah Lin Wei, seorang gadis biasa dengan mimpi-mimpi sederhana. Namun, takdir membawaku ke sungai yang membelah dua dunia: dunia manusia dan dunia roh.
Di dunia roh, lentera-lentera menari di atas air, cahayanya memantulkan bayangan yang berbisik. Bayangan itu mengetahui namaku, nama yang dilupakan di dunia manusia. Bulan, saksi bisu ribuan tahun, mengukir namaku dalam ingatannya yang abadi. Di sana, aku dikenal sebagai Yue'er, sang putri yang hilang.
Awalnya, aku merasa seperti berada dalam mimpi. Keindahan dunia roh mempesona, sihirnya memabukkan. Aku bertemu dengan Bai Lian, seorang pria dengan tatapan seteduh embun pagi. Dia mencintaiku, katanya, dengan kejujuran yang membuat hatiku luluh. Aku mempercayainya, aku jatuh cinta padanya.
Namun, ada yang ganjil. Setiap malam, aku bermimpi tentang kematianku di dunia manusia. Jatuh dari tebing, ke dalam jurang yang dalam dan gelap. Mimpi itu terasa terlalu nyata, terlalu detail, seolah bukan mimpi semata.
"Kematianmu adalah awal dari takdir baru, Yue'er," bisik bayangan yang berbisik. "Takdir yang telah lama ditunggu."
Aku mulai mencari tahu kebenaran. Mengapa aku mati di dunia manusia? Mengapa aku menjadi putri di dunia roh? Dan yang terpenting, siapakah Bai Lian sebenarnya?
Semakin aku mencari, semakin dalam aku terjerat dalam labirin rahasia. Aku menemukan bahwa Bai Lian bukanlah pria yang kukenal. Dia memiliki rahasia kelam, rahasia yang tersembunyi di balik senyum manisnya. Dia memanipulasi takdirku, menggunakan kematianku untuk membawaku ke dunia roh, untuk menjadikanku alat dalam rencananya yang jahat.
Cinta yang kubayangkan begitu murni, ternyata hanyalah dusta yang terbungkus keindahan. Aku tertipu, aku dikhianati.
Namun, aku tidak menyerah. Aku menggunakan kekuatan yang kumiliki, kekuatan yang terbangun di dalam diriku sejak aku menginjakkan kaki di dunia roh. Aku melawan Bai Lian, aku mengungkap kejahatannya, aku membebaskan diriku dari takdir yang dipaksakan.
Di akhir pertarungan, aku berdiri di hadapan Bai Lian yang terluka. "Aku mencintaimu dengan kejujuran, Bai Lian," kataku, air mata mengalir di pipiku. "Tapi kau membalasnya dengan keindahan dusta."
Bai Lian menatapku dengan penyesalan di matanya. "Aku… aku hanya ingin kau bersamaku selamanya, Yue'er."
"Kau tidak mencintaiku, Bai Lian," jawabku. "Kau hanya mencintai ide tentang diriku. Kau mencintai kekuatan yang kumiliki. Kau mencintai dirimu sendiri."
Siapakah yang mencintai dengan tulus, dan siapakah yang memanipulasi takdir? Jawabannya tersembunyi dalam setiap tetes air mata, dalam setiap bisikan angin, dalam setiap cahaya lentera yang menari.
Di akhir cerita, aku berdiri di antara dua dunia. Aku bukan lagi Lin Wei, bukan juga Yue'er. Aku adalah diriku sendiri, seorang wanita yang telah melalui neraka dan kembali.
Dan di antara dua dunia, aku berbisik: Kebenaran akan terungkap, meski tertutup DUSTA ABADI...
You Might Also Like: